kesehatan

SEO Tools by MessageForce

Selasa, 26 Juli 2011

Percaya diri dalam olahraga


Untuk bisa berprestasi tinggi dalam cabang olahraga, atlet harus mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima, artinya atlet harus memiliki kesiapan fisik maupun mental sebelum bertanding.
1.      Konsep dasar percaya diri
Ø  Kesiapan mental dalam bertanding.
Dalam menghadapi suatu pertandingan mental harus disiapkan, sehingga seluruh kemampuan jiwanya baik akal, kemauan, dan perasaan siap menghadapi tugas tugasnya dari segala kemungkinan.
Ø  Ketakutan akan gagal
Ketakutan yang dirasakan atlet seperti ketakutan gagal dalam menghadapi pertandingan merupakan suatu yang wajar, kerana apabila ingin berprestasi sengan sebaik baiknya dan ingin menang maka hal tersebut harus di hilangkan.
Ø  Konsep dasar percaya diri
Atlet yang kurang percaya diri berartimeragukan kemampuannya sendiri, ini merupakan bibit ketegangan khususnya pada waktu menghadapi subuah pertandingan
Ø  Manfaat percaya diri
Percaya diri dapat di tandai dengan tingginya harapan untuk sukses. Percaya diri dapat membantu atlet dalam aspek :
Ø  Positif emosi
Ø  Konsentrasi
Ø  Euporia
Ø  Strategi bermain
Ø  Momentum
Ø  Dan menang
Ø  Optimalisasikepercayaan
Percaya diri merupakan penentu kritis pada penampilan, percaya diri yang optimal,mencapai tujuan dengan bekarja kerasdengan percaya diri yang kuat pada diri sendiri akn membantu memperbaiki kesalahan secara efektif dan tetap bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sehingga memberikan dampak positif untuk membangkitkan motivasi atlet dalam menghadapi masa depan dari pada menuangkan kegagalan yang di alaminya.

Selasa, 19 Juli 2011

OLAHRAGA DALAM MEMBINA NILAI-NILAI DISIPLIN DAN NILAI KERJASAMA

A. Apa yang dimaksud dengan disiplin?
Disiplin yang diartikan dalam kaitannya dengan ancaman dan hukuman,dari sisi lain disiplin juga erat kaitannya dengan pengawasan atau kontrol dan proses belajar.
  Prinsip mengontrol diri sendiri merupakan hal yang penting dalam disiplin Atlet  yang menunjukkan kebiasaan slalu menepati ketentuan, peraturan dan nilai-nilai,berarti dapat mengontrol diri sendiri untuk tidak melanggar ketentuan dan peraturan ataupun nilai yang brelaku. Sebaliknya atlet yang tidak bisa mengontrol diri akan sering melakukan sesuatu yang bertentangan atau melanggar ketentuan dan nilai
Disiplin ada hubungannya dengan sikap penuh rasa tanggung jawab, karena atlet yang disiplin cenderung untuk menepati, mendukung dan mempertahankan nilai-nilai yang diantutnya. Rasa tanggung jawab untuk memenuhi dan mematuhi dan mematuhi nilai-nilai tersebut akan berkembang menjadi sikap dan berdampak panjang terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, melalui program olahraga dilingkungan pesantren atau di masyarakata merupakan program investasi menyeluruh yang akan berdampak panjang hinggan manusia itu dewasa.

B. Jenis disiplin 
Menurut Sudibyo setyobroto (1993) ada dua disiplin, yaitu disiplin semua dan disiplin diri (self discipline)
1.Disiplin Semua
  Disiplin yang dilakukan atlet dalam salah satu kegiatan hanya karena terpaksa, takut dihukum, hanya karena diperintah dan tanpa disertai kesadara, akan dapat menimbulkandisiplin semua”. Disiplin semua adalah sikap atlet yang tampaknya selalu  patuh dan menurut perintah,tetapi karena tidak disertai kesendian psikologis dan tidak disertai kesadaran untuk melakukan perintah-perintah.
2.Disiplin Diri
  Disiplin yang ditanamkan atas dasar kesadaran dapat menumbuhankan disiplin diri atau self discipline. Disini atlet apabila dikembangkan lebih lanjutkan menimbulkan pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam untuk mematuhi segala nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku. Jadi atlet yang memiliki disiplin diri sendiri sudah memiliki kesadaran untuk melatih sendri  

Bagaimana membutuhkan disiplin dalam berlatih
Penanaman diri harus dilandasi pengertian pokok mengenai disiplin, yang intinya menanamkan kepatuhan yang disadarkan atas pemahaman dan kesadaran, serta rasa tanggung jawab, serta kesanggupan menguasai diri dan lebih mengutamakan orang lain.
  Disiplin “self control “ adalah disiplin yang tumbuh karena kesadaran dan penguasaan diri, jadi mengawasi kemungkinan tindakan penyeleweng pada diri sendri.Secara bertahap menumbuhkan disiplin atlet, dapat dimulai dengan menumbuhkan disiplin “under control”, yaitu disiplin dengan pengawasan dari luar, yang dilakukan oleh pelatih dan petugas, yaitu  disiplin yang didasarkan atas penguasaan diri untuk tidak melanggar ketentuan dan peraturan, sesudah memiliki pemahaman dan kesadaran akhirnya atlet disebut akan penuh pada norma-norma.
 
Disiplin bukan sikap yang dibawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat kepribadian sejak lahir juga akan ikut menentukan. Disiplin latihan merupakan salah satu aspek psikologis yang sangat penting bagi atlet. Menurut Sudibjo, disiplin seseorang terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku. Disiplin latihan atlet adalah kesadaran dan ketaatan atlet terhadap ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan latihan.

c. Makna kerja sama
Kerjasama atau kooperasi (cooperation) adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama (polak, M. 1985). Kerjasama dan pertentangan  merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial di masyarakat, diantara person dengan person, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan person.
  Pada umumnya kerjasama menganjurkan persahabatan, akan tetapi kerjasama dapat dilakukan diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau bahkan bertentangan. Kerjasama atau kooperasi diantara dua pihak yang bertentangan dinamakanantagonic cooperation”, merupakan suatu kombinasi yang amat produktif dalam masyarakat modern.
  Sifat ketergantugan manusia memungkinkan dan mengharuskan setiap insan/kelompok social untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain. Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang bermakna adalah hubungan kerjasama
 
 D.Syarat-syarat kerja sama
Pencapaian kerja sama menurut persyaratan tertentu yang harus dipengaruhi oleh anggota yang terlibat.Syarat-syarat tersebut adalah :
1.Kepentingan yang sama
2.Keadilan
3.Saling pengertian
4.Tujuan yang sama
5.Saling membantu
6.Saling melayani
7.Tanggung jawab
8.Penghargaan
9.Kompromi
 
E. Jenis kerja sama
Pola kerjasama ditinjau dari kedudukan atau status pelaku kerja sama, dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
1.Kerjasama setara, yaitubentuk kerja sama yang terjadi antar orang yang mempunyai posisi yang sama.

2.Kerjasama tak setara, yaitu pola kerja sama yang terjadi antar orang yang berbeda namun ke dua pihak sling membutuhkan untuk kepentingan masing-masing.
Kerjasama ditinjau dari proses kerjanya dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
a.Kerjasama berkawanan ko-aksi yaitu kerjasama yang dilakukan oleh yang memiliki pekerjaan sama, mereka berkumpul untuk menambah kesenangan kerja.
b.Kerjasama suplementer  yaitu kerjasama yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang sama, namun tak dapat dilakukan sendiri.
c.Kerjasama berdifferensiasi yaitu kerjasama yang dilakukan melalui pembagian kerja secara teratur, pekerjaan terbagi-bagi tidak sama.
 
 F. Tahap-tahap Kerjasama
1.Menyendiri (bekerja sendiri)
2.Mengamati dan mengenal lingkungan.
3.Merasa tertarik dan mengadakan penyesuaian diri.
4.Terbuka untuk memberi dan menerima.
 
G. Kerjasama Internal dan Eksternal
Kerjasama internal adalah kerjasama dalam lingkungan kelompok atau masyarakat yang bersangkutan misal internal dalam suatu perkumpulan olahraga,yang strukturnya terdiri atas : Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-seksi seperti pembinaan prestasi, Humas, Pertandingan dan perwasitan, Kesehatan, Riset dan pengembangan serta para anggota nya.
  Kerjasama eksternal adalah kerjsama yang dilakukan dengan pihak luar kelompok atau luar masyarakat atau luar perkumpulan olahraga yang bersangkutan . Kerjasama yang dilakukan adalah dapat dari sudut pandang persepsi dan kognisi,motivasi dan kebutuhan kepuasan, tujuan , organisasi, saling ketergantungan dan interaksi.

Kamis, 14 Juli 2011

Sejarah Batik di Indonesia

  • Sejarah Batik di Indonesia
       Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

        Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

        Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

        Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

        Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

        Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

        Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

  • Sejarah Batik Pekalongan
       Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

       Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

       Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

       Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

  • Batik Pekalongan
       BATIK pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.

       Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.

       Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.

       Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah.

       Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik.

       ZAMAN telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik.

       Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah.

       Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.